Selasa, 05 November 2013

Si Robert Antri Daging Qurban

Pagi itu setelah usai menjalankan ibadah shalat idul adha, kira2 jam 9 pagi si Robert ngajak gue buat nuker kupon yang di berikan panitia qurban di mesjid dekat rumah.
"Kapan ya, gue bisa Qurban?" tanya dia ke gue sambil mukanya ngangkat ngeliat ke langit.
"Ya kan aturannya juga bila mampu bert," jawab gue. "emang lu udah ngerasa mampu belum?" lanjut gue tanya dia.
"Ya, justru itu gue belum mampu. Gue sebenernya pengen ngasih, dan bukannya ga mau di kasih. Tapi gue saat ini mungkin di takdirkan jadi orang2 yang di kasih kali ya?" curhatnya dengan mata kosong.
Ditengah perjalanan Robert ngeliat seorang kakek2 renta duduk di trotoar jalan dengan tongkat yang di simpan di pangkuannya. Kakek itu tertunduk menahan teriknya matahari dan panasnya kehidupan di dunia tanpa materi. Lekas Robert menghampiri kakek itu dan bertanya."Kek? ngapain duduk disini? panas kek, kenapa gak ke mesjid aja kek, lagi ada pembagian daging qurban tuh."
"Kakek sudah kesitu tadi de, tapi kakek tidak punya kupon yang bisa di tukarkan."  jawab kakek itu dengan wajah yang buat hati terenyuh. Sembari menyodorkan kupon yang di genggamnya pada si kakek, robert memapah si kakek menuju mesjid untuk di tukarkan dengan daging yang memang tidak seberapa jumlahnya, namun begitu besar artinya bagi saudara-saudara kita yang membutuhkannya. "ayo kek kita ke mesjid, kita tukarkan kupon ini." "loh de, ini kan jatah kamu?" tanya kakek dengan menolak halus niat baik robert. "gapapa kek, kakek lebih membutuhkan." jawab robert dengan melemparkan sebuah senyuman penuh keikhlasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar